Senin, 09 Agustus 2010

Surat untuk Saudaraku Ari-Ari


Dear My Brother

Saudaraku, apa kabarmu disana ? akh, tentunya kabarmu baik bukan. Tak seperti aku di sini yang selalu buruk. Saudaraku Ari, maafkan jika kedatangan suratku ini menggangu aktifitasmu. Hatiku sedang gundah, aku tak tau lagi harus bercerita kepada siapa kecuali kepada dirimu. Mohon dengarkan apa yang ku tulis ini.

Saudaraku Ari, ini adalah suratku yang pertama yang bisa ku tuliskan kepadamu. Sebagai tanda aku ingin kau tau keadaanku disini begitu suram. Terlebih sejak virus sialan itu menempel ditulang belakangku 3 tahun yang lalu, yang menyebabkan aku tak bisa bergerak bebas seperti kita dulu pernah bersama di dalam rahim itu. Ya, itulah kini keadaanku sekarang. Benar-benar sekarat saudaraku..!!. Mimpi-mimpi indah kita sewaktu disana semuanya kandas. Janji-janji yang pernah kita ucapkan dulu juga tak bisa membuat aku bangkit dari kesengsaraan ini. Aku menyerah saudaraku..!! benar-benar tak tau lagi apa yang harus aku lakukan.

Tapi jangan kau kira aku tak berusaha saudaraku. Segenap kekuatan dan kelemahanku sudah ku kerahkan semuanya. Namun selalu gagal dan gagal. Aku tak tau lagi apa maksud dari ini semua. Benarkah Tuhan itu ada saudaraku...?. Kalo benar, mengapa Dia tak pernah menjamah Doa ku..?. Apakah Dosaku terlampau besar Bagi-Nya hingga aku tak pernah lagi dianggap-Nya ada di muka bumi ini. Akhh, aku benar-benar gundah saudaraku. Sedih bercampur muak aku disini. Benar-benar ingin segera menyusulmu. Tapi aku takut jalan pintas yang aku lakukan malah tak bisa bertemu denganmu. Aku lelah saudaraku, bahkan sangat lelah..

Saudaraku Ari, melalui surat ini aku ingin kau lakukan sesuatu untuk ku. Untuk saudaramu yang sedang dirundung duka ini. Tolong kau laksanakan saudaraku..!!. Aku ingin kau bertemu Tuhan dan memohonlah untuk pengampunan semua dosa-dosa yang pernah aku lakukan dulu. Katakan kepada Tuhan saudaraku, aku masih ada di muka bumi ini, tolong lihat aku, tolong jamah doaku. Memohonlah itu kepada Tuhan saudaraku. Agar kelak nanti Dia bisa memberikan sedikit jalan terang untukku, agar aku bisa memerima dan melapangkan sedikit dada akan keadaanku yang sekarang ini. Aku mohon saudaraku, lakukan itu untuk ku.

Saudaraku Ari, ada satu lagi kegelisahan hati yang tak bisa aku tutupi darimu. Seperti yang ku ceritakan dari awal, dengan keadaanku yang sekarang ini aku tak bisa lagi mencari nafkah sendiri. Sudah aku coba sebisaku tapi hasilnya gagal. Berapa kali aku coba, hasilnya sama saja. Dan akhirnya aku malah menjadi parasit bagi ibu ku, Ibu kita saudaraku..!!. Persis seperti sewaktu kita di dalam tubuhnya dulu. Sebenarnya Ibu kita tak mempermasalahkan keadaan itu. Tapi saudara-saudara kita yang lainnya seolah sinis kepadaku. Mereka persis menganggap aku ini seperti anjing yang wajib di beri makan 2 kali sehari agar nyalak ku diam. Aku benar-benar tak bisa terima itu saudaraku. Aku ingin marah dan meledak-ledak seperti gunung pada masa klimaks. Tapi apa daya aku tak bisa saudaraku, aku tak bisa lakukan itu karna memang pada kenyataannya aku persis seperti binatang yang mereka sebutkan itu. Muak aku saudaraku.., hina sekali hidupku ini di mata mereka..!!.

Saudaraku Ari, hidupku benar-benar malang tapi aku tak pernah menyesal. Aku masih bisa terima keadaan ini dengan mengurung diri di balik tembok imajinasiku. Sendiri..!! hanya aku dan rasa sakit itu. Tapi sampai kapan aku harus seperti ini tanpa ada kepastian dari Tuhan untuk segera memberikan Hikmah-Nya dari semua ini. Apakah sampai rasa sabar di hatiku ini habis..?. Akhh saudaraku, sepertinya aku tak bisa menunggu itu lebih lama lagi. Segeralah memohon pada-Nya untuk sedikit kebahagianan ku disini saudaraku.

Saudaraku Ari, hanya itu saja yang bisa aku kabar kan pada mu dari sini. Aku harap kau tak mengacuhkan surat dari ku ini. Oya saudaraku, Istriku titip salam padamu. Dia bilang ingin sekali bertemu denganmu. Kau belum tau kan jika aku sudah menikah.?. Ya saudaraku, istriku ini hanya sepasang tongkat yang selalu menemani aku mengais rerumputan di depan halaman rumah, setiap pagi, menemamiku melatih kedua kaki ku ini agar aku bisa berjalan lagi sebagaima mestinya dulu dan mengejar semua ketertinggalan ku. Doa kan aku semoga bisa sembuh dari penyakit ini saudaraku. Salam Cinta dan Sayangku kepadamu saudaraku..


Tertanda Saudara kembarmu,

****


10Agust2010
Dunia4x6meter

_Iwansteep_

Jumat, 06 Agustus 2010

"Jaka KIKIR"


Jaka..!!. Lelaki Tua berumur 56 tahunan.

Sekilas jika di pandang persis seperti kakek tua sukses yang sedang menikmati hidup. Duduk di ”garang” (teras) rumah Panggung besar dan panjang hasil warisan keluarga yang tak dapat di jual. Di jemari tangannya terselip setengah batang rokok kretek yang menurut perkiraan ku 8-9 hisap lagi akan habis. 
Tatapannya pasti menatap senja yang sebentar lagi akan turun. Jangan tanyakan pada ku apa yang ia sedang pikirkan. Mungkin dia sedang menggali memory2 masa-masa kejayaanya tempo dulu. Mungkin saja begitu, aku tak tau juga, Namun itu lah kini kebiasaan jaka, duduk manis di garang rumah nyambil menikmati sebatang rokok menunggu detik-detik alunan speaker dari salah satu masjid hingga bersahut-sahutan menandakan magrib telah tiba. Saatnya menghadap Tuhan Jaka..!!.

Namun itu nanti, masih ada paruh waktu 30 menit lagi untuk menggali siapa sebenarnya jaka, sebelum dia beranjak pergi ke belakang entah itu mengambil air wudu’ atau pun hanya cuci kaki lalu tidur. Hahaha, ya, tak salah jika salah satu teman ku memberanikan diri menemaninya mengabiskan senja bersama. Satu bungkus rokok kretek merk apa pun, itu sudah cukup untuk membuat mulutnya berkoar tentang masa lalunya. Tak banyak orang yang berani lakukan itu, hanya teman ku yang agak strees ini brani menerima tantangan itu. Sobri namanya.
****

Di kampung itu siapa yang tak kenal Jaka. Namanya langsung melejit bak selebritis ketika acara khitanan anak bungsunya harus dirayakan dengan pesta mengalahkan pesta pernikahan Nia Ramadani dengan salah satu putra keluarga Bakri. ”Wah.., malah ngelantur kesana”. Hehehe, Tapi ini benar kawan, aku tak bohong. Di masa itu tak ada yang royal seperti jaka. Kambing 20 ekor, Sapi 6 biji, 50 Ayam potong. Jaka benar2 hebat!!. Seluruh orang di kampung sampai kecamatan hanya menggeleng2kan kepala ketika mendengar berita kehebohan dari sang Jaka. Pokonya Jaka dempoe duoeloe T.O.P. B.G.T. deh..

Anda pasti heran dari mana Jaka bisa se-tajir itu. Jangan berspekulasi dulu sebelum aku bercerita banyak teman. Santai, mari kita nikmati secangkir Teh hangat temani aku bercerita tentang si Jaka. ”Silakan di cicipi ”Martabak” hasil buatan ku kemarin senja.

Awal mula Jaka hanya seorang buruh sopir angkutan antar daerah biasa. Namun dimata juragannya Jaka adalah sosok seorang yang spesial. Orangnya jujur, tak neco-neco. Berbudi pekerti baik dan santun kepada orang tua. Lho, ”Apakah Jaka juga gemar membuang sampah pada tempatnya?” gagagaga. hanya bercanda teman. Jangan terlalu serius membacanya. Lalu dengan sifat dan sikap seperti itu. Sang Juragan pun akhirnya tertarik menjodohkan Jaka dengan anak gadisnya. Berharap suatu saat nanti Jaka bisa meneruskan usaha yang telah di rintis sang Juragan dari sejak muda.

Tepat apa yang sudah diramalkan oleh sang juragan. Jaka telah berhasil meneruskan usaha dari sang mertua. Ketika sang mertua meninggal dunia. Jaka mendapatkan warisan satu buah mini bus antar daerah itu. Sisa warisannya harus di bagi rata dengan anak2 dari sang mertua. Berawal dari satu mini bus hingga beberapa tahun kemudian beranak pinak menjadi 5 mini bus dan 2 mobil pribadi. Salah satu mobil pribadinya pun dia rental kan ke pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit. Apa kah itu masih belum cukup untuk mengambarkan kesukses’an Jaka?. Hmm, aku sudah tau permintaan mu teman. Jangan khawatir..

Tak hanya bergerak di bidang Angkutan Antar Daerah saja. Jaka juga memiliki usaha sampingan yaitu menyewakan tanahnya yang luasnya hampir 500 hektar untuk di garap petani menabur benih sawit dan pohon karet untuk di sadap 10-15 tahun yang akan datang, dengan membagian 30 : 70. ”Masih kurang..?”. Ada satu lagi usaha sampingan Jaka yang tak boleh di lewatkan. Ya.., 5 buah gedung berlantai 4 berisikan sarang burung walet. Aku rasa di zaman itu Jaka memang benar2 pantas di juluki ”To’ke dari segala jenis To’ke”. Gagagaga...

Tapi Jaka lupa peribahasa orang tua sewaktu itu. ”Semakin tinggi pohon berdiri,semakin kencang angin berhembus”. Jaka sedang menikmati masa2 punjak kejayaan-nya hingga lupa diri. Hoby-nya yang dulu hanya memancing dan memetik buah kelapa, kini berubah menjadi berjudi dan bermain wanita. Tak hanya satu kafe, mulai dari jarak 5kilo dari rumahnya sampai keplosok2 kampung dan kecamatan kenal Jaka si Raja Toe’ke. Akhinya apa yang di takutkan istrinya pun benar2 terjadi. Jaka kini mengidap sebuah filosofi baru,”Poligami.!!”. (Terlaluuu, betul tidak..?). ”Maaf bukan bermaksud mengingatkan anda kepada sosok seorang tokoh yang sering melantunkan kata-kata itu. Gagaggga.

Sang Istri juga bukan orang yang sembarangan. Dia adalah seorang yang berpendidikan, tak seperti jaka yang tamat SMP pun tidak. Setelah bentrok beberapa bulan, akhirnya pengadilan agama pun me-legal-kan perceraian mereka. Bagi istrinya Filosofi itu tak akan mudah hilang dari benak Jaka. Sekali Poligami akan tetap berpoligami. Karna kesalahan itu dianggapnya benar!. Dan istrinya tidak akan me’maaf-kan seseorang yang melakukan sebuah kesalahan yang dianggapnya benar!!. Sebuah pemikiran yang terperinci dari seorang yang berpendidikan!!. ”Dua jempol” buat mantan Istri Jaka yang pertama.

”Aku tak mau di madu, bukan harta yang aku cari yang aku butuhkan lelaki yang bertanggung jawab, setia dunia akhirat, titik!!”. Mungkin itu argument yang bisa kita dapatkan jika harus bertanya kepada mantan istri Jaka yang pertama. Hehehehe baru sebatas wacana bung.

Pelan namun pasti koleksi Jaka pun kian bertambah. Tak hanya mobil yang berjejer rapi di pekarangan rumah. Bini-nya pun kini ada 3, belum termasuk simpanan diBank. ehh.. salah.. maaf, Maksudnya simpanan ditempat lain yang tak di ketahui publik. Gagagaga.. Jaka, Jaka lagu mu sudah seperti Raja Minyak tanah saja. Haha

Namun kejayaan Jaka tak bertahan lama. Sedikit demi sedikit hartanya mulai terkuras. Judi dan bermain wanita adalah duet kolaborasi yang apik membuat dirinya hancur. Satu persatu aset berharganya pun hilang dari pelukannya.

Tanah, gedung, mobil, sampe ke dua bininya pun kini di sita pihak Bank. Lha, salah ding!!. kedua bini-nya nyang tu. sudah minta cerai sebelum pihak Bank datang. Wkwkwkk, Dan menyisahkan satu bini lagi yang masih mampu bertahan. Kita lihat saja nanti sebrapa lama dia mampu bertahan.
***

Mata jaka masih nanar menatap senja yang telah turun. Rokok di tangannya telah menyentuh garis pembatas. Dia ragu, apakah mau di sambung atau di sudahi saja sampai di situ. Teman ku terdiam. Dia mencari akal bagaimana cara memancing Jaka untuk bercerita kembali, sebab waktunya tak banyak. Tinggal 15 menit lagi sebelum Jaka menghadap Tuhan atau pergi tidur. Entahlah, hanya Jaka yang tau.

”Kek, sudah berapa lama kakek tak bertemu dengan anak kakek?”. Sobri bertanya dengan sangat hati-hati.

”Hmmmm”. Jaka hanya menghela nafas panjang. Sepertinya Jaka merasa berat untuk menjawabnya. Lama, baru sekitar 10 detik berlalu, perlahan tangan Jaka spontan menyamun satu bungkus rokok yang terkapar di atas lantai papan itu. Rokok telah di nyalakan, itu artinya Sobri telah berhasil memancing Jaka untuk menyambung cerita yang sempat tertunda tadi. Tapi kita tunggu sekejap setelah Jaka melakukan tarikan pertama dan menyemburkan kepulan2 asap dari tembakau itu hingga membumbung ke udara.
****

Seperti yang tertulis dari awal, dimasa jayanya Jaka setidaknya memiliki 4 orang Istri yang sah di mata hukum dan agama. Di luar itu penulis tidak bertanggung jawab. Hehehe, dari ke-empat bininya itu, hanya dua istri yang berhasil membuktikan kejantanan Jaka. Istri yang pertama dengan 3 orang anak dan istri yang ke-empat dengan satu orang anak. Setelah semuanya bercerai semua anak2 Jaka di boyong oleh mantan2 istri Jaka. Dan Jaka pun tidak ada upaya untuk mempertahankan salah satu dari ke-4 anak2nya itu untuk tinggal bersamanya. Bagi Jaka hanya membuat dirinya tak bebas bergerak. Untuk biaya administrasi Jaka hanya memberikan nafkah jika salah satu anaknya datang menemuinya untuk minta uang bulanan, itu pun jika mereka datang. Kalo tidak, ya sudah, berarti tak ada jatah raskin untuk ke-empat anaknya yang terbengkalai. Jaka memang kikir dan tak bertangung jawab lagi. Entah apa yang membuatnya berperilaku seperti itu.

”Sudah lama sekali nak, aku tak ingat betul, mungkin 25 tahun lebih aku tak pernah melihat anak2 ku dari istri ku yang pertama. Tapi anak ku dari istri ku yang ke 4 kira-kira 19 tahun yang lalu semenjak Ibunya meminta cerai kepada ku”. keluh Jaka sebari kembali menyeburkan bongkahan2 asap berwarna putih ke kuning2an itu. Kini mata nanarnya berubah sendu seakan menahan sesuatu.

”Lalu apa yang kakek lakukan setelah semuanya hancur?”. tanya sobri semakin berani.

”Memulainya dari awal”. jawab Jaka pasti. ”Berat, begitu berat, sampai hari ini pun rasanya masih mengikat”. Sambungnya lagi.

Setelah semuanya hancur dan tak menyisahkan harta apa pun termasuk istrinya yang kemarin masih bertahan, Jaka akhirnya kembali kerumah keluarga besarnya. Ya, rumah itu satu2nya warisan keluarga yang tak bisa di jual walau 80 persen dana untuk perbaikan rumah yang kemarin sempat reot itu dari kantong pribadi Jaka, itu sewaktu Jaka masih Jaya. Maklum Jaka sebagai anak pertama merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki rumah warisan keluarga itu.

Di rumah itu tak hanya Jaka yang membenamkan dirinya di sana. Masih ada Alm. Ayahnya, Alm. Ibunya, dan kedua soudaranya bersama istri mereka dan berserta anak2nya juga tentunya. Ya, mau bagaimana lagi kedua saudara2nya itu masih belum mampu mengontrak sendiri rumah walau hanya sepetak lahan. Jaka pun harus puas mendiami kamar kecil di belakang dekat pembuangan akhir.

Kalo dulu Jaka hanya ongkang2an kaki di rumah, uang datang sendiri, tapi kali ini Jaka harus menanggalkan egonya itu. Sebab mau tak-mau Jaka harus bekerja menafkahkan dirinya sendiri. Tak mudah memang bertarung dengan diri sendiri. Namun apa yang di katakan Jaka ”berat, bahkan sangat berat”. Memang benar adanya. Tak banyak yang mau menerima Jaka, hanya segelintir orang saja. Aku juga tak tau apa alasan mereka. Dan pilihan Jaka pun jatuh kepada mantan anak buahnya yang dulu pernah bekerja pada Jaka. Bisa di bilang untuk balas budi atas kebaikan Jaka yang dulu begitu royal kepada sang mantan anak buahnya itu. Ya, tak jauh dari profesinya sejak awal, supir!!.

Mantan anak buahnya yang dulu pernah di didiknya selama 5 tahun kini telah berubah menjadi seorang pemborong yang lumayan di segani. Tugas Jaka harus menemani sang majikan ke segala tempat yang dia inginkan. ”Berat, bahkan sangat berat”. kata2 itu masih melekat di kepala Jaka.

”Tapi kek, kata bapak ku setidaknya kakek dulu punya 6 orang istri, yang duanya kemana kek?”. Pertanyaan itu sepertinya merobek luka kecil tepat di hati Jaka.

Mata Jaka kini berubah agak menyeramkan. Tapi Sobri tak gentar. Sobri masih ”anteng” di posisinya dengan prasaan was-was. Sobri kira kakek tua bangka ini akan mengamuk, tapi perkiraannya salah. Perlahan senyum Jaka mulai mengembang, mungkin Jaka langsung terkenang akan sebuah kejadian masa silam. Dan Jaka pun mulai bercerita kembali.
****

Setelah semuanya berjalan normal sebagaimana mestinya. Jaka mulai merindukan sosok wanita lagi di sisinya. Tak hanya untuk menemainya di kasur, tapi juga merawat dirinya. Mencuci pakaiannya, atau pun sekedar mendaratkan ciuman di jidat sebelum dirinya pergi ke medan perang. Jaka rindu saat2 seperti itu. Beberapa kali Jaka sempat memohon maaf kepada mantan2 istrinya untuk berharap kembali padanya. Namun sayang, semuanya telah mengangap Jaka seperti sampah yang tak berguna lagi. Tapi bukan Jaka namanya jika tak bisa menahlukkan satu wanita pun. Tak ada gadis janda pun jadi!!. Wanita penjaga rumah makan langganannya pun, kini di gadang2 kan sebagai calon tunggal pendamping Jaka. Dan Setelah mereka menikah siri, Jaka pun hengkang kaki dari rumah keluarga besarnya itu. Mengontrak sendiri sebuah rumah mungil yang tak jauh dari tempat kerja istrinya yang ke-5 itu.

”Bapak mu itu sok tau!!, maunya hanya mencari2 kesalahan orang lain saja!!. Mana ada aku pernah menikah 6 kali. Yang ada juga 5 kali. Bilang nanti ke bapak mu. ”Ny. Sri” suka menanyakan dia”. Senyum Jaka mengembang seperti adonan Kue bolu.

”Ny. Sri Siapa Kek?”. Tanya Sobri agak penasaran. Info penting buat ibunya. Kata hatinya berbicara.

”Heehehe, tapi janji dulu ini rahasia kita berdua. Jangan di sebar luaskan ya ?”. Jaka sedikit mengultimatum. Pembicaraan mulai menghangat.

”Ayayaiii kapten.!!”. Jawab Sobri dengan tertawa..

Pernikahan dengan istrinya yang ke 5 ini ternyata agak tersendat juga. Seperti umur jagung. Hanya sempat bertahan selama 8 bulan kurang 3 hari. Tak ada lagi kecocokan diantara mereka. Jaka bilang istrinya itu suka mengatur, otoriter, cemburuan, egoi, becek, bau dan sebagainya. Dan istrinya pun juga bilang bahwa Jaka itu orangnya keras kepala, kasar, tak se-romatis waktu pacaran, letoy, nafsu besar tenaga kurang dsb juga. (Perseteruan antar mantan kekasih kita tak bloeh ikut campur). Wkwkwkwk...

”Gagal maning, gagal maning”. keluh Jaka dalam hati.

Hmmm, kali ini Jaka sepertinya frustasi. Untuk beberapa lama dia muak kepada wanita. Tapi lagi2 namanya juga Jaka, tak ”sreek” rasanya jika tak menyentuh seorang wanita pun. Ny. Sri, janda muda kembang desa yang kini memikat hatinya. Segala ilmu dan pengalamannya pun kini harus ia keluarkan untuk menaklukkan Ny. Sri. Jaka tak perduli ada beberapa saingannya yang tak suka dengan cara Jaka termasuk ayahnya Sobri. Dan dengan berbekal pengalamannya di dunia vagina dan payudara, akhirnya Ny. Sri bertekuk lutut di kaki Jaka. Jaka pun tertawa bangga. Hahaha. ”Aku adalah seorang pemenang..!!”

Kisah-kasih Jaka dan Ny.Sri sempat menjadi kontroversi di kalangan para penggila janda ini. Desas-desus kabar berita yang tak jelas begitu cepat menyebar melalui kabar angin. Ada yang bilang Jaka dan Sri telah menikah siri, namun ada juga yang bilang Jaka dan Sri hanya kumpul kebo’ saja. Tak ada yang tau pasti berita yang sebenarnya. Hingga pada suatu saat Ny. Sri menghilang begitu saja dari Desa mereka. Tak pelak kisah itu pun semakin memanas.!!.

”Sri kini telah mengandung anaknya Jaka dan sekarang telah pergi ke kampung lain untuk menutupi aib mereka!!”. Setidaknya itu adalah salah satu gambaran kabar angin yang kini mulai menghangat di Desa itu.

Jaka hanya diam membisu,tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya, layaknya Selebritis Arilpeterporn yang diam membisu ketika di minta konvirmasi kebenaran kabar tersebut. Lhoo!! mulai ngelantur lagi aku, hahahakk.

”Memangnya apa yang sesungguhnya telah terjadi antara kakek dengan Ny. Sri.?”.
Lagi2 Sobri semakin penasaran. Lalu Jaka kembali melanjutkan ceritanya.

Sewaktu mengenal Sri, Jaka sebenarnya tidak seserius seperti mengenal mantan2 isrtinya dulu. Hanya iseng saja atas dorongan nafsunya itu. Plus untuk membuktikan bahwa dia masih unggul diantara para pesaing2nya itu. Beberapa kali Sri meminta Jaka untuk menikahinya. Tapi Jaka pikir tak mungkin. Sri memiliki 3 orang anak yang semuanya telah menginjak bangku sekolah. Dan Jaka tak kan sanggup membiayainya karna dia hanya seorang supir yang gajinya hanya cukup untuk kehidupannya saja. ”Mimpi aja lu!!”. kata Jaka di dalam hati. hhhaakk...

”Jadi selama itu kakek hanya kumpul kebo’ saja dengan Ny.Sri ya kek ?” pertanyaan sekaligus jawaban yang Sobri dapatkan setelah sempat menjadi misteri selama puluhan tahun itu. (Bueh..!!)

”Ya, kurang lebih begitu hehe..”. Sambung Jaka sambil tertawa.

”Truss, alasan Ny.Sri menghilang dari kampung itu apa kek ?”. Sobri merubah posisinya menandakan rasa penasarannya yang tak bisa dibendung.

”Akkhh, itu gampang, tentu saja Ny.Sri malu karena tak pernah mendapatkan kepastian dari ku kapan akan menikahinya, dan Ny. Sri bilang ”Mas Jaka ini maunya hanya mencoblos saja, giliran di tanya kapan mau nikah jawabannya nanti, nanti!! memangnya ”barangku” ini kertas pemilu apa !! asal coblos saja !!”. hahahha, mereka berdua tertawa dipenghujung senja itu.

”Tapi kek, kok rumah ini sepi sekali, kemana yang lainnya ?”. tanya Sobri lagi.

”Hmmm., Semua orang sudah pergi kerumahnya masing-masing, hanya kakek yang tinggal di rumah ini sendiri”. jawab Jaka agak lemas.

”Lha, terus siapa yang masakin kakek setiap harinya ?”.
”Ada, Adikku yang bungsu biasanya nganterin lauk-pauk ke sini setiap harinya”. Jawab jaka pasti.

”Apakah kakek merindukan anak2 kakek ?”. Tanya Sobri dengan agak sedikit ada penekanan.

”Akhh, Sudahlah sebentar lagi magrib tiba, sebaiknya kau pulang kerumah, tak baik jika magrib masih berapa di luar rumah”. Jaka mengalihkan pertanyaan itu.

”Okelah kalo begitu kek, kita sambung besok sore saja ceritanya” Sobri menyerah. Sobri tau ada rasa sakit di dalam hati Jaka hingga dia tak mau lagi meneruskan setiap pertanyaan yang masih banyak melekat di benaknya.

Ya, kakek juga mau masuk, Oya, Jika kau bertemu dengan salah satu anak kakek, bilang pada mereka, Kakek minta maaf, kakek benar2 menyesal telah menelantarkan mereka ketika masih kecil dulu”. Kata Jaka dengan nada sedih.
Sobri hanya menggangguk kan kepala. Sobri tak yakin apa kah kata maaf itu masih bisa di terima oleh anak2 Jaka yang sekarang sudah menginjak dewasa.

Akhirnya, Azan Magrib pun mulai berkumandang ketika sobri baru beberapa langkah menjauh dari rumah tua itu. 
Perasaaan sobri bercampur baur, Lucu, sedih, marah, muak dan sedikit masih penasaran.

”Kenapa ketika dalam usia tua seperti itu dia baru merasa menyesal akan semua perilakunya di masa muda dulu, apakah kejadian seperti ini tak pernah dia pikirkan sebelumnya ??”. ”Akhhhh!! Dasar manusia!!. Ketika merasa sedih baru ingat kepada orang lain, Coba kalo dia lagi senang, lagi berjaya, lupa akan segalanya”. Guman Sobri sambil melangkah menuju rumahnya.



***
Cerita ini benar adanya. Jadi jika ada kesamaan Nama, lokasi atau pun situasi yang sama. Kami mohon maaf. Tak bermaksud untuk mengejek..!!

Ku dedikasikan cerita ini kepada :
-Sahabat ku Rhya..

_Iwansteep_

Selasa, 03 Agustus 2010

”Hanya ingin berbagi...”


Malam ini aku seolah2 sedang berada di ruangan 3x4 meter di salah satu ruang rumah sakit. Aku menemui seorang dokter ahli kejiwaan atau lebih tepatnya ”psikiater” untuk berkonsultasi. Layaknya seorang pasien yang akan memeriksakan kesehatannya, aku duduk tepat di hadapan beliau.

”Apa keluhan mu wan”. sang dokter langsung ke inti masalah. Sepertinya dia tak ingin berbasa-basi. Aku sempat binggung, secara garis besar aku tak punya masalah psikis, lalu kenapa aku berada di sini ?.

”Sebenarnya bukan keluhan Dok, aku hanya ingin bercerita tentang mimpi ku yang slalu mengahantui dalam beberapa hari ini, boleh kah..?. aku sedikit ragu. Dokter itu sedikit tersenyum kecil.

”Hmm, Silakan wan, aku ini teman mu, kau boleh cerita apa saja kepadaku, Kau percaya aku kan.?”. dokter itu menyentuh pundakku untuk meyakinkan aku kembali. Aku mengangguk..,

”Ya dok, aku percaya, makanya aku ingin bercerita kepadamu.”. sang dokter tersenyum. Lalu aku mulai bercerita tentang mimpi ku kepada sang dokter yang aku percaya dapat memberikan solusi terbaik kepadaku.
***

Sudah beberapa hari ini aku terus bermimpi tentang suatu ruangan berukuran 1,5x2 meter.., Ya.., aku merasa menjadi pemilik tempat itu. Di dalamnya terdapat satu buah etalase kecil berukuran 1,5meter, sebuah meja kecil yang diatasnya komputer kesayanganku plus satu buah printer, fram2 mungil nan cantik berisi ”Miniatur Drum” kreasi ku, dan beberapa pelanggan yang sedang melihat2 atau pun mengorder barang hasil kerajinan ku. Senyumku ”Sumringah”, rasanya puas sekali hati ku. Inilah keinginan ku selama ini.

Namun tiba2, datang dua orang Pol. PP menghantam emosi ku. Salah satunya menanyakan ”Mana Surat Izin Usaha mu..?”. aku syock.!! Aku tak punya surat izin itu. ”apa yang harus aku lakukan ?”. aku emosi, dan mencaci maki mereka berdua. ”Aku ini orang susah!! modalku juga tak seberapa! jadi aku tak punya surat itu Boss!!”. dengan nada yang lantang. Semua pelanggan ku kabur di buatnya.

Salah satu Pol. PP langsung menendang etalase menghancurkan semua isi di dalamnya. Kaca2 berterbangan tak tentu arah. ”Toko mu kami tutup..!! karna tak memiliki izin!!”. kata Pol PP itu. Melihat tingkah laku mereka aku bertambah marah. Ku ambil salah satu tongkat yang sering aku gunakan untuk menopang tubuh ku ketika berjalan dan ku hantam kan di kedua kepala mereka. ”Mampus kau anjing!!”. mataku merah menyala. Darah segar memuncrat seperti sperma dari batang penis. Menempel ke dinding ada juga yang jatuh ke tanah. Lalu aku terbangun dari alam itu dengan kringat membasahi baju sampai ke celana dalam ku.

”Hmmm, menarik sekali mimpi mu itu wan”. kata sang dokter sambil tersenyum. Lalu sang dokter mengambil selembar kertas dan sebuah pena. Beliau memintaku untuk menggambarkan apa saja yang ada di otak ku saat ini.
Aku sempat berfikir dan pelan2 menggambarkan sebuah sketsa. Ya, sketsa Kios mini ku yang ada di dalam mimpi itu. Dan dokter pun kembali tertawa kecil.

”Hehehe, seberapa besar keinginanmu untuk membuka kios itu wan ?”. pertanyaan itu sedikit mengusik naluri ku.

”Besar sekali dok, tapi apa hendak di kata Ibu ku tak memiliki banyak modal lagi untuk mendukung usahaku itu”. aku lemas ketika harus membicarkan tentang ibu ku.

”Apakah penyakit ku ini berbahaya dok ?”. aku kembali bertanya.

”Tentu saja tidak wan, kau hanya butuh dorongan saja. Ini bukan masalah penyakit, tapi masalah keinginan”. ”100 % kamu sehat wan, keinginan itu yang membuat kamu tetap hidup, terus lah seperti itu sampai tubuhmu tak bisa lagi mengejarnya. Tak perlu tergesah2, pelan2 saja, suatu saat nanti keinginanmu itu akan terwujud jika kau tetap fokus akan apa yang kau kejar”. nasehat sang dokter membuat smangatku muncul kembali.

”Sekarang berbaringlah di tempat tidur itu, buatlah dirimu senyaman mungkin. Jika kau ingin tidur, tidur saja tak apa tak ada yang melarang mu”. dokter merujuk ku kesalah satu tempat tidur pasien itu.

”Buat dirimu senyaman mungkin, jika kau ingin tidur, tidurlah.”. kata2 itu membuai aku dalam dekapan malam. Lama2 mata ku mulai mengantuk, sepi, sunyi, dan akhirnya aku pun terlelap diatas ranjang pasien itu.
***

Aku seakan kembali ke dalam mimpi yang kemarin. Namun kali ini berbeda. Di atas tembok dekat jam dinding terpampang jelas Surat Izin Usaha ku. Entah dari mana aku mendapatkannya. Para pelanggan mengerubungi kios miniku itu. Aku seolah kewalahan melayaninya. ”aku tersenyum puas”. Dan tiba2 keadaannya kembali sunyi. Semua pelanggan ku diam dengan posisi mereka masing2.  Aku kaget ”ada apa ini ?”.
Perlahan sosok manusia seakan terbang mendatangi ku. Aku tak bisa bicara. Mulut ku kaku tak bisa aku gerak kan. Matanya bersinar seperti rembulan berwarna biru. Senyumnya polos seperti bayi yang baru beberapa hari di lahirkan.

”Lakukanlah apa yang mungkin bisa kamu lakukan, untuk yang tak mungkin bisa kamu lakukan, serahkan kepada Tuhan, Dia yang akan melakukannya untukmu, Percayalah”. Aku seakan tertarik kedalam matanya. Persis seperti di dalam dimensi waktu. Untuk beberapa saat aku terus terjebak di dalam lingkaran berwana yang tak bisa aku lukiskan. Lalu..

Duusssshhhh!!!. Aku terbangun dari mimpi itu. Pelan2 kembali menyegarkan ingatan ku. Mata ku menerawang ke sekeliling ruangan itu. ”akhh, ternyata aku berada di dalam kamar.

Aku tumpahkan air mineral kedalam cangkir dan menenggaknya. Ingatan ku mulai menerka2, ”Apa yang sebenarnya sendang terjadi ?”. ”Ahhkk aku tak ingat, ”Apa maksud ucapan seseorang di dalam mimpi ku itu?” ya kata2 itu seperti sebuah ”Sugesti” yang harus aku ikuti.

”Lakukanlah apa yang mungkin bisa kamu lakukan, untuk yang tak mungkin bisa kamu lakukan, serahkan kepada Tuhan, Dia yang akan Melakukan-Nya untukmu, Percayalah”.

”Akhh, terserahlah, apa pun itu, akan menjadi sebuah semangat baru untukku.”. Dan aku kembali melanjutkan kegiatan ku seperti biasa, Merakit sebuah ”Miniatur Drum” untuk aku antarkan ke toko kerajian seni di daerah ku. ”Hmmm, kapan aku bisa mempunyai Kios mini sendiri?”. Ya,Satu lagi pertanyaan yang tak bisa aku jawab. ”Entalah.”
_End_

****

Dunia 4x6 meter
Iwansteep
200510